TULUNGAGUNG.Liputan11.com – Ketupat tentu telah menjadi salah satu hidangan wajib yang dinikmati saat Lebaran dan disajikan bersama dengan hidangan lain seperti sayur lodeh, opor ayam dan sebagainya. Makanan pengganti nasi ini bahkan telah menjadi salah satu simbol di hari raya Idul Fitri.
Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya. Ketupat memiliki makna khusus, ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan idul fitri, yaitu
Lebaran
Bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
Luberan
Bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Membayar zakat fitrah menjelang lebaran, selain menjadi ritual yang wajib dilakukan (bagi orang yang mampu), juga menjadi wujud kepedulian terhadap sesama.
Leburan
Maknanya adalah habis dan melebur.
Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Laburan
Berasal dari kata labur atau kapur.
Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Itulah arti kata ketupat (kupat) yang sebenarnya, selanjutnya kita akan mencoba membahas filosofi dari ketupat itu sendiri.
Filosofi Ketupat:
1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia, hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.
2. Mencerminkan kesucian hati.
Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.
3. Mencerminkan kesempurnaan.
Bentuk ketupat begitu sempurna, dibuat dari daun kelapa muda, janur (sejatining nur) dalam bahasa Jawa yang artinya cahaya sejati, hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.
Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPAT SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf). (Prn).