TULUNGAGUNG.Liputan11.com-Mbah Ahmad Laku, dipercaya sebagai tokoh muslim dan pendakwah dalam syi’ar agama Islam yang pernah hidup dimasa paska perang Diponegoro yang makamnya terletak di Desa Kedungwaru, Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung.
Banyak kesan dan pelajaran tentang kearifan tokoh tersebut dalam menjalankan kehidupan beragama Islam dan bermasyarakat kala itu.
Kades Kedungwaru, Mohammad Toha, membenarkan bahwa makam yang berdiri diatas tanah desa yang luasnya 15 ×15 meter persegi, adalah makam Ahmad Laku, yang merupakan tokoh pergerakan muslim,dan pendakwah yang juga berperan dalam babad Banjar pekarangan tersebut.
“Mengenai keberadaan makam tersebut, memang benar adanya seorang tokoh yang di percaya sebagai penyebar agama Islam yang ada di wilayah kedungwaru, kabupaten Tulungagung,” tutur Toha saat diwawancarai Liputan11.com. Selasa, (20/4/2021) di ruang kerjanya.
Menurut Mohammad Toha, dari cerita turun temurun bahwa didaerah nya pernah hidup tokoh pergerakan penyebaran agama Islam paska perang Diponegoro yaitu Ahmad Laku, salah satu prajurit dari Pangeran Diponegoro, yang waktu itu ikut melarikan diri bersama sisa pasukan menuju ke arah timur untuk melanjutkan misi dan perjuangan nya melalui syiar agama Islam.
Untuk menghormati jasa para pejuang terdahulu, Kades Toha menjelaskan bahwa Pemdes Kedungwaru senantiasa merawat guna kelestarian peninggalan bersejarah tersebut, termasuk makam Mbah Ahmad Laku yang di percaya sebagai salah satu tokoh sejarah di Desa Kedungwaru.

“Untuk menghormati para leluhur adalah kewajiban kita sebagai muslim. Selain itu kita juga merawat peninggalan bersejarah makam Mbah Ahmad Laku, biar kelihatan terawat dan terurus. Kita anggarkan melalui DD agar lebih bisa dirasakan manfaatnya oleh warga sekitar,” terangnya.
Sementara itu menurut Soni, juru kunci makam Mbah Ahmad Laku, menjelaskan bahwa, berbagai hal yang berkaitan dengan ketokohan dan kesejarahan Mbah Ahmad Laku sebagai tokoh penyebaran agama Islam, yang juga diyakini sebagai tokoh babat awal desa Kedungwaru paska perang Diponegoro memang benar ada.
Ia mengungkapkan, sebagai bukti ketokohan Mbah Ahmad Laku, dipercaya
mempunyai pusaka berupa sepasang Tombak yang sampai saat ini masih tersimpan dan terawat.
“Tombak tersebut salah satu pusaka yang diuri-uri (dijaga kelestariannya) oleh masyarakat Desa Kedungwaru. Sebelum ada pandemi covid-19, setiap acara bersih desa selalu diarak keliling desa, dengan harapan agar desa dengan segala tatanannya bisa bermanfaat dan membawa kedamaian atas ridho Allah.
Selain itu juga untuk memperkenalkan sejarah kepada generasi muda bahwa di Kedungwaru pernah hidup tokoh penyebar agama Islam yang berjuang menyebarkan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits, yang tidak meninggalkan khasanah kearifan lokal,” pungkasnya. (Huri)