TULUNGAGUNG.Liputan11.com-Sebagai langkah solusi masa pandemi, seorang bapak di kecamatan Ngantru ini , kembali menekuni hoby yang pernah di gelutinya semasa muda, memikat burung ” anggungan ” .
Hal ini dia lakukan kembali, setelah melihat pangsa penyuka burung anggungan , kembali membaik.
Supomo, laki laki yang kini berusia diatas 65 tahun ini , dalam seharinya , selalu melakukan pemikatan dan penjaringan burung jenis Perkutut dan Derkuku. Prosesnya , selalu dimulai dengan survey lokasi , dimana ada target dengan jumlah yang harus banyak. Dibantu oleh anak laki lakinya, profesi itu dijalani, minimal seminggu tiga kali, untuk melakukan pemikatan.

” Dulu ketika saya masih muda mas, saya selalu melakukan hoby mikat burung,karena suka perkutut yang bisa digantang tinggi di depan rumah. Karena orang Ndak punya dan Ndak mampu beli. Terus terang , waktu itu orang yang bisa memiliki burung perkutut, hanya orang orang kaya, karena harganya mahal. Pada saat itu, bapak saya bilang, kalau pingin punya , ya mikat saja.
Sekitar tahun 65 an, saya diajari bapak caranya mikat, tetapi masih dengan cara ” mulut “, atau menggunakan getah bendo. Lama lama kok ketagihan dan dapat burung banyak perharinya. Dari situ bisa kita jual untuk dapat uang. Sesuai perkembangan jaman, kini modelnya pun semakin berkembang. Hal itu ditunjang semakin banyaknya orang yang hoby klangenen burung anggungan, terutama perkutut “, ungkapnya kepada tim Liputan 11.com.
Sengaja memilih melakukan penjaringan burung jenis Perkutut dan Derkuku, menurut bapak 4 orang anak ini, justru merupakan tindakan menjaga agar burung itu tidak punah. Hal ini menurutnya, burung anggungan itu mudah perawatannya. Kalau pembelinya tidak cocok dengan irama anggungnya, dia yakin burung itu akan dilepas kembali oleh pemiliknya, karena ada mitos, kalau Ndak cocok harus dilepas saja. Untuk pembelian di tingkat penjaring, harganya relatif terjangkau, tidak sampai 50 ribu, dan Derkuku tidak sampai 30 ribu.
Menurutnya , pekerjaan ini bisa membantu pemasukan ekonomi keluarga, apalagi musim sulit saat pandemi ini. Diakui selain hasinya bisa dijual kepedagang pengepul, dirinya juga sering menerima pesanan,dari orang orang pintar dan bahkan kiai, kalau ada burung hasil jaringan, ada burung yang punya katuranggan, agar disisihkan, karena harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah, bila cocok pesanan, walaupun dirinya tidak pernah mematok harga, tapi biasanya mereka yang ngasih sendiri, harga itu. ( Doni )