TULUNGAGUNG, Liputan11.com – Mutasi virus Corona menjadi lebih ganas dan memiliki tingkat transmisi penularan yang lebih tinggi (cepat) dibanding sebelumnya, telah memicu lonjakan kasus di banyak negara. Tidak terkecuali Indonesia, dan salah satunya telah ditemukan dan mewabah di daerah Kudus, Jawa Tengah serta Pulau Madura. Nama virus corona ini diidentifikasi WHO sebagai varian Delta atau varian B16172.
Sebaran virus corona (SARS-CoV-2) varian Delta yang pertama kali ditemukan di Negara India ini telah menyebabkan ledakan kasus Covid-19 di Indonesia, termasuk Jawa Timur sehingga beberapa daerah yang sebelumnya telah berstatus zona kuning, bahkan hijau, kembali berstatus zona merah.
Tulungagung pun ikut terkena imbasnya. Sempat dinyatakan “baik-baik saja” karena angka penularan harian yang relatif terkendali, yakni berkisar antara 5-10 kasus per hari hingga dua pekan setelah Lebaran, jumlah penderita kemudian melonjak drastis sejak pertengahan Juni 2021.
Tren ini seiring meningkatnya kasus Covid-19 di Jawa Timur, imbas sebaran virus Corona varian Delta melalui orang-orang yang melakukan perjalanan dari/ke Madura, menuju daerah-daerah di luar Madura.
Fluktuasi kasus Covid-19 dipicu kemunculan varian baru yang lebih ganas dan mudah menular inilah yang kemudian coba dikupas tuntas oleh tim PKRS RSUD dr. Iskak Tulungagung melalui sebuah program talk show interaktif yang disiarkan secara daring (online), dengan mendatangkan pakar mikrobiologi, dr. Rendra Bramanthi, Sp.MK (K).
Berikut beberapa point petikan wawancara, penjelasan Dokter Rendra tentang varian Delta yang kini sedang heboh dan menjadi “momok” baru di tengah masyarakat.
PKRS : Selamat siang, Dokter…! Apa kabar, sehat-sehat ya, Dok?
Dr. Rendra : Selamat siang, Mbak Agnes, Pak Rifai. Juga semua yang menyimak talkshow ini, baik yang di rumah sakit, di rumah atau dimana saja. Assalamu’alaikum warrahmatullohi wabarrakatuh. Alhamdulilah sehat. Semoga yang di rumah juga sehat semua ya….
PKRS : Alhamdulillah.Oiya, langsung saja ini, Dok. Bagaimana perkembangan terakhir kasus Covid-19 di Tulungagung ini, Dok?
Dr. Rendra : Wah, belum bosan ya ngomongin Covid-19 terus. Sudah setahun tetapi masih saja menjadi bahasan… (berseloroh).
PKRS : Haha… Iya nih Dok. Itu karena varian baru Covid-19 ini yang telah membikin kehebohan lagi dengan lonjakan kasus di banyak daerah di Indonesia, Termasuk di daerah kita tinggal ini, Tulungagung.
Dr. Rendra : Iya, untuk di Tulungagung sendiri, seluruh pemeriksaan awal (tes swab PCR) ada di laboratorium mikrobiologi RSUD dr. Iskak. Sehingga kami memantau perkembangan setiap hari.
Awalnya, kenaikan yang drastis pada bulan Desember lalu sejak Covid-19 mewabah. Kami bisa meneliti varian Covid-19, yakni paling banyak diderita pasien dari varian Arab Saudi. Lalu kemudian terjadi penurunan lagi.
Dua minggu yang lalu (pertengahan Juni), terjadi (tren) kenaikan yang drastis lagi. Ini seiring kenaikan nasional ya. Di Jakarta, di Jawa Tengah, dan beberapa daerah lain. Tapi (kebanyakan waktu itu) bukan pasien dari RSUD dr. Iskak, namun banyak pasien dari luar, terutama dari puskesmas atau komunitas. Desember (2020) lalu kita (Tulungagung) sempat mengalami tren lonjakan dengan kenaikan hingga 80-90 persen. Dan kini kami sedang bersiap mengantisipasi lonjakan lagi.
Semua bisa terdeteksi dan bisa dilakukan penanganan khusus karena di RSUD dr. Iskak selama ini menerapkan protokol pemeriksaan dengan metode tes swab PCR, sehingga yang positif bisa segera dipisahkan. Ini efektif mencegah risiko penularan lebih lanjut. Melindungi pasien itu sendiri maupun pasien lain yang non Covid-19, termasuk nakes kita.
PKRS : Saat ini tengah beredar kabar virus Covid-19 varian Delta. Sebenarnya seperti apa sih varian baru ini?
Dr. Rendra : Virus seperti kita, berkembang biak. Virus ini sangat cepat berkembang biak. Kalau manusia paling banyak bisa melahirkan 11-12 anak, virus sekali berkembang biak bisa melahirkan jutaan virus baru. Bisa 1 juta, 2 juta dan seterusnya. Nah, saat berkembang biak mencapai satu juta copy atau lebih inilah, pasti akan terjadi kesalahan pembacaan atau “fotokopi”. Alhasil, virus yang terbentuk berbeda dari virus awalnya. Inilah yang dimaksud mutasi sehingga lahir virus dengan varian baru. Bisa lebih jinak, tapi bisa juga lebih ganas.
WHO menamai varian Covid yang ditemukan di India dengan nama Delta. Varian yang pertama dinamai Alfa, Beta, lalu Gamma, dan yang saat ini Delta.
PKRS : Apakah ada perbedaan dengan varian Covid-19 ini dengan sebelumnya?
Dr. Rendra : Ada. Perbedaannya dengan varian sebelumnya, kalau yang varian Delta ini lebih cepat menularinya atau tranmisinya. Dalam hitungan menit, kira-kira lima menit. Hal ini menjadi peringatan bagi kita semua agar disiplin prokes (protokol kesehatan). WHO menyarankan agar memakai masker dobel agar lebih maksimal.
PKRS : Bagaimana dengan gejala Covid-19 Varian Delta ini, Dok?
Dr. Rendra : Sesaknya lebih berat, secara keseluruhan hampir sama dengan gejala Covid-19 sebelumnya, namun levelnya lebih tinggi.
PKRS : Di Tulungagung sendiri, apakah sudah mewabah juga untuk varian Delta ini?
Dr. Rendra : Kita mengetahui suatu varian virus, maka memerlukan waktu dan biaya yang mahal. Nama istilah analisa varian virus ini adalah sekuensing. Saat ini masih proses, satu sampel memiliki RNA, nah setiap RNA, datanya mencapai 10 gigabyte, jadi lama untuk menganalisanya. Kalau melihat trennya, bisa saja sudah masuk sini (Tulungagung). Kalau secara keilmuan, masih proses penelitian lebih lanjut. (Prn/PKRS).