BANYUWANGI.LIPUTAN11.COM –Masyarakat Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi menggelar tradisi Keboan Aliyan, yang dilaksanakan setiap bulan Suro pada penanggalan Jawa. Hal ini sebagai wujud syukuran atas kelimpahan hasil bumi Desa Aliyan kepada Tuhan YME.
Ribuan orang berbondong-,bondong memadati tempat dilaksanakannya tradisi adat untuk menyaksikan ritual.
Sejumlah petani yang mengikuti ritual tersebut kerasukan roh gaib dan bertingkah layaknya kebo (kerbau). Mereka lalu berkeliling empat penjuru desa dan sesekali kerbau jadi- jadian itu masuk di kubangan air layaknya kerbau sungguhan.
Warga desa sangat antusias menyambut tradisi ini. Mereka bergotong royong menyiapkan sarana dan prasarana ritual hingga membangun gapura dari bambu yang dihiasi daun janur serta digantungi hasil bumi di sepanjang jalan desa Aliyan, sebagai perlambang kesuburan dan kesejahteraan warga masyarakat.
Selamatan massal juga digelar sebagai tanda dimulainya ritual, dan tiap rumah warga menyajikan nasi tumpeng untuk semua pengunjung yang mau makan.
Kepala Desa Aliyan, Anton Sujarwo, mengatakan bahwa, tradisi keboan ini adalah perayaan yang dinantikan warga. Bahkan warga-warga yang merantau merelakan untuk bisa mengikuti acara ritual keboan bersama keluarga, Selain itu,acara ritual tersebut semua biaya ditanggung warga secara bergotong royong tanpa ada pungutan dari pemdes Aliyan.
“arga desa yang tinggal di luar kota bahkan menyempatkan mudik untuk menghadiri acara ini untuk mengikuti tradisi kebo-keboan. Jadi jelas untuk memperkuat ikatan silaturahim dengan seluruh warga desa,” ucapnya.Minggu (31/07/2022).
Lebih lanjut disampaikan Kades Aliyan bahwa, acara ritual Keboan ini dimulai sejak pagi, yang diawali dengan selamatan di empat penjuru desa (ider bumi). Bersamaan itu, sejumlah petani yang yang telah kerasukan siap menjalani ritual Keboan.
“Mereka lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah, para “kerbau” itu bertingkah layaknya siklus cocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi,” tuturnya.
Anton Sujarwo menyebut bahwa tradisi Keboan Aliyan, merupakan salah satu kekayaan budaya asli warga lokal. Pemdes Aliyan mengangkat tradisi ini sebagai bagian dari Banyuwangi Festival sebagai bentuk apresiasi pada warga yang terus menjaga warisan para leluhur.
“Banyuwangi boleh maju, tapi tradisi dan budaya yang ada di tengah masyarakat tidak akan kita tinggalkan. Tradisi ini tidak hanya sekedar ritual rutin tapi juga menggambarkan semangat guyub dan gotong royong warga,” kata Anton.
“Tradisi-tradisi ini menjadi identitas dan ciri khas yang membedakan budaya Banyuwangi dengan daerah lainnya. Otensitas inilah yang terus kami dorong dan kembangkan menjadi atraksi daerah yang menarik wisatawan,” pungkasnya. (Yanto)