TULUNGAGUNG.Liputan11.com-Misteri makam Kembangsore yang berada di Desa Bolorejo, kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung, kembali bertambah. Semula, makam yang dimitoskan bisa digunakan sebagai sarana mencari pesugian, ternyata bertambah lagi satu misteri yang belum banyak diketahui publik. Dikompleks makam itu ternyata manusia bisa menjadi kucing
Hal itu secara gamblang dituturkan juru kunci makam, Basuki 64 tahun, saat ditemui Liputan11.com. Selasa,(10/8/2021).
Menurut Basuki, dalam prosesi ritual di makam Kembangsore selama ini, orang yang telah berhasil nadzarnya setelah melakukan ritual, selalu melaksanakan selamatan di lokasi kompleks makam yang berada dipuncak.
” Sebenarnya mereka yang datang ke makam ini, adalah upaya iktiar, minta doa restu kepada Ibu Roro Kembang sore, agar didoakan kepada Yang Maha Kuasa, bisa tercapai keinginanya. Dalam proses ini, masyarakat menyebutnya nyadran, atau kirim uborampen sesaji ala Jawa,” tuturnya.
Juru Kunci makam Roro Kembangsore tersebut menjelaskan, dalam masyarakat melakukan ritual itu, peziarah biasanaya membawa seperangkat nasi kenduri lengkap dengan ingkung ayam. Setelah prosesi di ritualkan, atau di doakan juru kunci, ada beberapa bagian dari nasi kenduri yang harus diberikan hewan yang konon kabarnya sangat ” digateni ” ibu kembang sore, berupa kucing.
Lebih lanjut disampaikan Basuki, dulu saat kegiatan di gunung Bolo cukup ramai, maka banyak sekali kucing- kucing liar yang menetap disana. Namun demikian, seiring berkurangnya para peziarah, maka sampai hewan-hewan itu tidak betah, karena makanan berkurang.
“Para peziarah, setelah ritual selamatan, maka sebagian Ingkung, berupa kepala ayam, kaki, jerohan ( ndas ceker pelobati ) harus di berikan kepada kucing, dengan dilahirkannya kata-kata nadzar saya sudah terpenuhi, ini adalah bagianmu, thutuk…..sambil menyerahkan bungkusan yang berisi bagian tertentu dari Ingkung ayam itu,” terangnya.
Seiring dengan berubahnya situasi dan kondisi, yang mana hewan kucing sudah tidak ada di areal makam Kembangsore, tetapi pola ritual masih harus melakukan tradisi lama dengan tetap memberi makan pada hewan kucing saat selamatan di lokasi makam.
“Maka posisi kucing, digantikan oleh manusia yang berperilaku seperti seekor kucing untuk menerima bagian dari sajian itu. Uniknya lagi, ketika pemberi sudah menyatakan nadzarnya, dan mengucap kata thuthuk, manusia pengganti itu harus menjawap meong “,ungkap sang juru kunci.
Makam tokoh sentral Kembang sore Tulungagung, adalah bagian dari kearifan lokal yang kini masih melegenda dan menjadi daya tarik budaya, orang orang, dari luar Tulungagung. ( Doni )