Tulungagung.LIPUTAN11.COM – Mengusung tema Sumpah Palapa Harmoni Bhineka Tunggal Ika, Pawai Budaya Bhineka Tunggal Ika menyemarakkan HUT ke 78 Kemerdekaan Republik Indonesia, SMP Negeri 1 Kedungwaru tampil atraktif di hadapan Bupati Maryoto Birowo dan Forkopimda Tulungagung, saat memasuki panggung kehormatan di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso. Senin, (28/8/2023).

Dalam kegiatan tersebut SMP Negeri 1 Kedungwaru menyuguhkan teatrikal Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada, Ritual Manten Kucing, dan Kesenian Reog Kendang khas Tulungagung beserta Seni Jaranan dan tarian Singo Barong, serta menyuguhkan budaya lokal berupa seni Batik Ciprat ARSIDUTA yang menjadi Icon SMP Negeri 1 Kedungwaru.

“Dalam teatrikal Sumpah Palapa tersebut mencerminkan Bhineka Tunggal Ika, yang menggambarkan semangat persatuan dan kesatuan sebagai pondasi kokoh dalam perjuangan untuk Indonesia yang beragam, tetapi tetap bersatu dalam satu tekad yang bulat. ucap Kepala SMP Negeri 1 Tulungagung, Dr. Sri Wahyuni, M.Pd., saat diwawancarai disela kegiatan.

Teatrikal Sumpah Palapa dalam Pawai Budaya Bhineka Tunggal Ika oleh siswa siswi SMP Negeri 1 Kedungwaru

“Melalui semangat yang tak kenal menyerah, tekad yang bulat, yang kuat, kerjasama dan menghargai perbedaan, mereka menemukan jalan menuju harmoni sejati,” lanjutnya.

Sri Wahyuni mengatakan, apa yang disuguhkan dalam teatrikal tersebut, merupakan sebuah gambaran visual kuat tentang prinsip Bhineka Tunggal Ika.

“Selain itu dalam teatrical ini kami mengajak penonton untuk merayakan kekayaan keragaman Indonesia dalam satu kesatuan yang kuat,” ujarnya.

Dalam menyukseskan kemerdekaan tahun ini lanjut Sri Wahyuni, SMP Negeri 1 Kedungwaru, bertekad mengangkat budaya yaitu, melestarikan seni Batik Ciprat melalui program pengembangan sekolah dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka dengan tema kewirausahaan yang mengambil topik Batik Ciprat ARSIDUTA.

Batik Ciprat ARSIDUTA yang menjadi Icon Produk SMP Negeri 1 Kedungwaru

“Batik Ciprat inilah yang diangkat menjadi icon produk SMP Negeri 1 Kedungwaru, menjadi keunggulan program sekolah di bidang kompetensi kewirausahaan,” kata Sri Wahyuni.

“Siswa kami mampu melestarikan budaya lokal daerah, menghasilkan karya inovasi kerjasama untuk menyalurkan minat dan bakat dengan melestarikan budaya membatik. Jadi untuk mewujudkan hal tersebut, Batik Ciprat ARSIDUTA akan menjadi batik khas SMP Negeri 1 Kedungwaru,” tandasnya.

Pakar Bahasa Indonesia lulusan Universitas Negeri Malang ini juga menyampaikan bahwa, dalam kegiatan karnaval ini pihaknya juga mengangkat budaya lokal Kabupaten Tulungagung dengan menyuguhkan teatrikal Ritual Manten Kucing yang merupakan tradisi unik yang menggabungkan budaya dan spiritualitas.

“Ritual ini bertujuan untuk meminta hujan. Prosesi upacara dilakukan dengan memandikan dua ekor kucing di sebuah sumber air di bukit cuban dengan dilanjutkan atraksi tiban,” terang Sri Wahyuni.

Teatrikal Ritual Manten Kucing yang diperagakan oleh siswa-siswi SMP Negeri 1 Kedungwaru

Menurutnya, Ritual Manten Kucing di Tulungagung bukan hanya sekedar acara seremonial, tetapi juga menjadi bagian penting dari warisan budaya lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.

“Ritual ini mencerminkan kedalaman kepercayaan masyarakat terhadap keseimbangan alam dan hubungan manusia dengan dunia binatang,” tuturnya.

Tari Reog kendang khas Tulungagung oleh siswa-siswi SMP Negeri 1 Kedungwaru

Selanjutnya sebagai keunggulan warisan budaya, SMP Negeri 1 Kedungwaru juga menampilkan kearifan lokal kesenian Reog Kendang yang dicanangkan dalam program P5, menyuguhkan bersama dengan kesenian jaranan dan tari Singo Barong, dengan berbagai atraksi tarian tariannya yang menggambarkan keindahan, sekaligus estetika koreografi.

“Melalui Pawai Budaya Bhineka Tunggal Ika ini, siswa siswi kami mengangkat kearifan lokal dan juga melestarikan budaya lokal kabupaten Tulungagung,” pungkasnya. (Agus)

Share.

Comments are closed.