Tulungagung – liputan11.com, Ritual adat Ulur – Ulur merupakan tradisi yang di gelar setiap tahun oleh masyarakat Kasepuhan Sendang Tirto Mulyo. Tradisi Ulur – ulur digelar menurut penanggalan Jawa setiap Bulan Selo bertempat di Telaga Buret Desa Sawo, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung.

Ritual adat ni Ulur – ulur merupakan bentuk rasa syukur atas keberadaan Telaga Buret yang telah memberikan manfaat kebutuhan pengairan persawahan di Desa Sawo, Gedangan, Ngentrong, Gamping dan sekitarnya.

Upacara adat ini dihadiri Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo bersama Wakil Bupati Tulungagung, Ahmad Baharudin serta Forkopimca Campurdarat, sejumlah kepala OPD lingkup Pemkab Tulungagung, tokoh Kebudayaan dan tokoh masyarakat.

“Upacara adat ini merupakan ungkapan syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu berupa limpahan Rahmat berupa air yang mengalir tiada hentinya dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya,” ucap Bupati Gatut Sunu dalam sambutannya, Jumat (09/05/2025).

Dikatakannya, adat tradisi Ulur – Ulur sekaligus merupakan kearifan lokal yang harus dijaga kelestariannya.

“Upacara tradisi ini juga sudah ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda ( WBTB ) pada tahun 2020 lalu, maka dari itu Pemerintah Kabupaten Tulungagung akan senantiasa mendukung terselenggaranya kegiatan ini, baik secara materiil maupun moril,” ungkapnya.

“Semoga kedepannya pelaksanaan upacara tradisi Ulur – Ulur akan lebih baik dan semoga rasa kegotong royongan atau kebersamaan ini tetap terjaga sampai generasi – generasi penerusnya,” harapnya.

Kegiatan ini diawali dengan arak-arakan warga mengantar temanten yang menggendong padi menuju Telaga Buret. Sepasang temanten yang mengendong padi menggambarkan perwujudan Dewi Sri dan Joko Sedono yang merupakan simbol kemakmuran petani.

Di belakang arak-arakan pasangan temanten ada kesenian reog kendang yang dimainkan anak-anak turut memeriahkan kirab ulur-ulur ini. Sesampai dipinggir telaga, sesepuh desa membakar dupa dan mengelar berbagai sesaji.

Sementara para ibu menghias patung Dewi Sri dan Joko Sedono dengan memberi bedak, memasang mahkota dengan hiasan daun kelapa dan kalung ronce bunga melati, sebagai permohonan kepada penguasa alam agar lahan pertanian di desa mereka subur makmur.

Prosesi dilanjutkan dengan tabur bunga di Telaga Buret oleh Bupati Tulungagung dan Wakil Bupati beserta jajarannya.

Usai prosesi tabur bunga, Bupati Tulungagung iku beksan tayub bersama masyarakat. Ritual ini ditutup dengan selamatan dan Doa permohonan kemakmuran agar dikabulkan oleh Tuhan yang Maha Kuasa. (Nuha)

Share.

Comments are closed.