YOGYAKARTA.LIPUTAN11.COM-Seniman muda berdarah campuran jawa, Papua, Lejar Dani Asrtana, telah berhasil mengkreasikan perpaduan budaya jawa dengan Papua dalam bentuk wayang.
Dari pantauan awakmedia, pria berdarah campuran Jawa Papua yang akrab disapa dengan nama panggilan Lejar ini, memiliki watak tegas, cepat ambil keputusan, selain itu Ia juga mewarisi sifat dari Ibunya yang asli dari Yogyakarta yang memiliki watak teliti, dan penuh pertimbangan.
Dari kedua watak dan sifat yang diwarisi dari orangtuanya tersebut, Ia berhasil memadukannya dua budaya lewat media wayang dari jawa. Namun demikian masih memerlukan waktu yang panjang untuk memperkenalkan wayang tersebut di kalangan masyarakat.
Sifat dari kedua orang tuanya membuat Lejar memiliki pandangan yang berbeda dari teman-teman seusianya.
Lejar menciptakan Wayang penuh kreasi dengan mengambil cerita suku rakyat Malind, terciptalah wayang Papua.
Saat ditemui tim Liputan11.Com di rumah seni di bawah komunitas Gulma yogjakarta, Lejar mengatakan bahwa, dalam perkembangannya, seni wayang dikategorikan dua jenis, yakni wayang tradisi, yang memiliki SOP, dan wayang kreasi, yang perkembangannya tergantung kreasi masing -masing pelakunya.
Walaupun diawal kemunculannya, wayang cuma ada di jawa, namun ceritera bisa diambil dari suku Malind dengan segudang nya. Hal inilah yang di tekuni oleh Kk.Lejar.
“Namun seiring dengan perjalanan waktu, wayang harus memiliki cerita,” papar alumni ISI Yogyakarta, saat diwawancarai tim Liputan11.Com. Selasa, (12/7/2022).
“Maka di ambilah dari kumpulan buku cerita suku Malind susunan I J.Ndiken, ajaran suku Malind mengandung ajaran merawat alam, menghargai sesama manusia, guna melestarikan kebudayaan. Ajaran tersebut banyak kesesuaian di jawa,” tuturnya.
Lebih lanjut disampaikan Lejar, pada pentas yang di selenggarakan pada tanggal 10 Juli 2022, di ruang komunitas Gulma Bantul, Yogyakarta, telah mampu menyedot banyak penonton terutama kaum muda yang tentu terus harus mendapatkan bimbingan dan penjelasan.
Lejar mengaku, usaha dalam memperkenalkan wayang Papua sudah lama di lakukan di berbagai daerah, bahkan sampai Manca negara. Namun demikian Ia mengungkapkan bahwa, pro dan kontra masih tetap ada.
“Maka untuk menghilangkan kesalah pahaman tentang wayang Papua dirubah menjadi wayang Kk.Lejar, yang di sesuaikan dengan penciptanya,” terangnya.
Ia juga menambahkan, wayang Kk.Lejar yang merupakan wayang kreasi memang dominan dengan warna hitam, hal tersebut merupakan filosofi bahwa warna hitam bisa disandingkan dengan warna apa saja sehingga mampu menghadirkan keindahan dalam suatu seni.
“Kalau kita hidup penuh warna, jadilah warna yang bisa di sandingkan dengan warna apapun,wooiiii…indah.
Wayang yang bersifat metafor adalah merupakan bukti cinta kita pada Papua,” pungkasnya. (Agus S.)




