Liputan11Kangean, Jawa Timur — Penolakan keras terhadap rencana survei seismik dan eksplorasi migas oleh PT KEI di Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep, semakin menguat. Dalam acara “Doa Bersama Cinta Tanah Leluhur” yang digelar di Alun-Alun Kecamatan Arjasa pada Kamis (20/11/2025), perhatian publik tertuju pada orasi yang disampaikan oleh Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Arjasa.
Ribuan masyarakat dari berbagai desa di Pulau Kangean berkumpul bersatu padu untuk menyuarakan penolakan mereka. Momentum ini dijadikan arena untuk menegaskan sikap organisasi pemuda Nahdlatul Ulama tersebut terhadap isu vital yang mengancam lingkungan dan mata pencaharian warga.

GP Ansor Tolak Tambang Migas Demi Masyarakat
Husnul Taufik, Ketua PAC GP Ansor Arjasa, menyampaikan orasi yang membakar semangat massa. Dengan lantang, Taufik menyatakan sikap resmi organisasinya yang menolak tanpa kompromi rencana pertambangan migas di Kepulauan Kangean.
“Kami PC GP Ansor Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Menolak dengan tegas rencana tambang migas,” ujar Taufik di hadapan ribuan peserta aksi. Ia menekankan bahwa penolakan ini didasarkan pada prinsip perjuangan dan komitmen organisasi.
Taufik mengingatkan bahwa GP Ansor didirikan oleh para alim ulama dengan mandat untuk berdiri dan berjuang bersama masyarakat. Ia menegaskan bahwa kedaulatan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal adalah prioritas utama yang tidak bisa ditawar.
Mengutip Falsafah Sesepuh: “Kalau Ikut, Jangan Takut”
Untuk memperkuat semangat penolakan, Husnul Taufik mengutip falsafah dari sesepuh, yang disampaikan dalam bahasa Madura:
“Mun takok jhe’ noro’ Mun noro’ jhe’ tako’ (Kalau takut tidak usah ikut, kalau ikut tidak usah takut),” seru Taufik, yang disambut tepuk tangan dan teriakan dukungan dari massa aksi.
Kutipan ini secara implisit menantang semua pihak yang terlibat dalam aksi untuk tetap teguh dan berani memperjuangkan hak-hak mereka di hadapan korporasi dan pemerintah.
Aksi doa bersama ini menegaskan bahwa penolakan terhadap PT KEI di Kangean bukan hanya muncul dari elemen masyarakat umum, tetapi juga mendapat dukungan penuh dari organisasi kepemudaan berbasis keagamaan yang memiliki akar kuat di tingkat akar rumput.
Masyarakat berharap pemerintah daerah dan pusat mendengarkan suara penolakan ini sebagai manifestasi dari kedaulatan rakyat.(sup)




